Seks Bebas/ Free Sex
Pengertian Seks Bebas
Seks bebas merupakan kebiasaan melakukan seksual secara bebas
dilakukan oleh mereka yang menentang atau merasa enggan jika diri mereka
terikat dalam suatu pernikahan yang suci. Orang yang telah mempertaruhkan
hawa nafsunya sendiri, akan merasa sangat tidak puas jika menyalurkan nafsu
biologisnya kepada istri atau suami sahnya saja. Jika mereka dengan bebas dan
leluasa dapat menyalurkan hasrat kelaminya kepada siapapun yang
dikehendakinya dan yang menghendakinya, maka pernikahan tentu saja hanya
menjadi belenggu atau rantai amat kuat yang akan memasung habis keinginanya
untuk mempertuhankan nafsunya sendiri.
Selain itu tujuan seks adalah sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan
dan relaksasi dalam kehidupan (bagi manusia). Hubungan seks yang dilakukan
diluar pernikahan disebut seks bebas (free sex).
Seks menurut Kartono (2009: 225) merupakan energy psikis yang ikut
mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak Cuma bertingkah laku di
bidang seks saja yaitu melakukan relasi seksual atau bersenggama, akan tetapi
juga melakukan kegiatan-kegiatan abnormal. Freud seorang sarjana menyebutnya
sebagai libido sexualis (libido=gasang, dukana, dorongan hidup, nafsu erotis).
Seks adalah satu mekanisme bagi manusia agar mampu mengadakan keturunan.
Sebab seks merupakan mekanisme yang vital sekali dengan mana manusia
mengabadikan jenisnya.
Sedangkan menurut Desmita (2005) pengertian seks bebas adalah segala
cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan
kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena
remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.
Dengan demikian, pengertian seks bebas adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang
dilakukan di luar hubungan pernikahan dan bertentangan dengan norma-norma
tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima secara umum.
Minat Terhadap Seks Bebas
Banyak anak memperlihatkan minat mereka terhadap seks dengan
membicarakanya dengan teman-teman bermain kalau tidaka ada orang dewasa,
dengan memperlihatkan gambar-gambar pria dan wanita dewasa dalam pose yang
merangsang. Meskipun beberapa dasar dari penggolongan peran seks sudah
diletakkan pada masa akhir bayi, tetapi sebagian besar dasar ini diletakkan selama
awal masa anak-anak. Oleh karena itu, periode ini sering disebut sebagai usia
kritis dalam penggolongan peran seks.
Menurut Irianto ( 2010: 33) perkembangan masa anak-anak adalah masa
meniru dan mencontoh apa yang dilihat, didengar itu perbuatan orang tuanya.
Pada memori anak yang masih kosong ia akan mudah dan cepat menirukanya,
dalam pandangan anak orang tua adalah idola dan symbol keakuanya atau
kebanggaanya.
Menurut Irianto (2010: 151-152) dorongan seks sifatnya alami seperti
lapar, haus sehingga pemuasanya harus juga dialami.
- Kebebasan seks harus juga dapat diwujudkan secara penuh agar dapat memperkaya pembentukan kepribadian manusia.
- Pembatasan kegiatan seks bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmiah dibidang fisiologis, psikologis, dan sosial yang menganjurkan kebebasan.
- Kegiatan seks merupakan masalah pribadi dengan patnernya, pada saat itu belum ada dampak sosilanya dan tidak menuntut adanya jaminan sosial. Begitu juga dengan pemerintah tidak dapat ikut campur, barulah pada saat itu wanita itu mengandung dan melahirkan seorang anak permasalahan-permasalahan itu mulai timbul.
- Undang-undang perkawinan dan perceraian seringkali memaksa orangorang (suami istri) untuk memenuhi aturan dan norma-norma sebagaimana yang telah dituangkan kedalam undang-undang itu, kadang ini juga dianggap bias memasung kebebasan sehingga sering kali perkawinan mengalami kegoncangan. Tapi sebaliknya, ada yang beranggapan jika ada kebebasan seks, kedua patner bias berpisah jika tidak saling membutuhkan dan bisa mencari patner yang lebih cocok. Maka ini dapat menjadi monogamy.
Dalam tahap perkembangan pola ini, anak diharapkan menguasai dua
aspek penting dari penggolongan peran seks. Belajar bagaimana melakukan peran
seks yang tepat dan menerima kenyataan bahwa ia harus menyesuaikan dengan
steorotip peran seks yang disetujui kalau ingin mendapatkan penilain sosial dan
juga penerimaan sosial yang baik. Timbulnya kegagalan akan menyulitkan
penyusaian diri dengan kelompok teman-temanya sekalipun sangat penting dalam
kehidupan sosial anak yang lebih besar.
Pandangan Remaja Tentang Seks
Pandangan remaja terhadap seks kian berubah. Remaja dengan sikap
keserba bolehan, sebagian menganggap hubungan seks pranikah tidak perlu
dipersoalkan. Tidak jarang di kalangan remaja, mahasiswa, melakukan hubungan
seks pranikah di hotel, kost, dan tidak jarang di rumah (ketika rumah dalam
keadaan sepi).
Hubungan seks pranikah umumnya berawal dari masa pacaran. Pada masa
pacaran ini hubungan intim mulai dilakukan kalnagn remaja. Baik pelajar, mahasiswa, pemuda-pemudi tidak sekolah, mereka tinggal di kota atau di desa.
Waktu pacaran tergiur melakukan cumbu rayu, peluk cium, dan bila gejolak nafsu
tidak terkendali berlanjutnya ke hubungan badan. Ironis memang, saat pacaran ini,
pemuda (sang pacar) mulai mengarahkan rayuan gombal berhubungan seks
dengan coba-coba.
Remaja putri makin sulit mengelak, bila bentuk rayuan gombal sang pacar
minta bukti ketulusan cintanya dengan berhubungan seks. Inilah yang seringkali
di salah artikan kalangan remaja. Bukti cinta diukur dengan sebatas hubungan
seks. Kasarnya, penyerahan kehormatan wanita (pasangan) untuk dinikmati
seketika adalah bukti ketulusan cinta sang pacar (putri). Akibat lebih jauh dari
tindakan tersebut tidak lagi dipikirkan.
Faktor yang Mempengaruhi Seks Bebas
Tidak bisa dibantah, bahwa manusia sesungguhnya adalah makhluk yang
tidak bisa dilepaskan dari seks. Karena sejak awal manusia terlahir ke dunia ini
merupakan akibat dari adanya hubungan seks anatara orang laki-laki dan
perempuan. Kecuali Nabi Adam dan Siti Hawa sebagai manusia pertama yang
diciptakan Tuhan dan Nabi Isa yang terlahir dari ibunya Maryam, tanpa suami.
Selain itu fitrahnya seorang laki-laki dan seorang perempuan saling
tertarik satu sama lain, saling ingin mencintai dan dicintai, menyalurkan naluri
seks masing-masing dan punya keturunan. Namun, masalahnya pandangan remaja
terhadap seks kian berubah. Remaja dengan sikap keserba bolehan, sebagian
menganggap hubungan seks pranikah tidak perlu dipersoalkan. Tidak jarang di kalangan remaja, mahasiswa, melakukan hubungan seks pranikah di hotel, kost,
dan tidak jarang di rumah (ketika rumah dalam keadaan sepi).
Menurut Bukhari (2006: 6), ada beberapa sebab yang menjadikan remaja
sangat mudah terjebak dalam perzinahan, di antaranya:1). Tidak memiliki
pemikiran yang panjang remaja lebih memilih melampiaskan hasratnya ketimbang
memikirkan dampak negatifnya. Padahal akibat dari kenikmatan sesaat itu
menyebabkan dirinya menderita selama-lamanya, terutama pada remaja
perempuan apabila sampai hamil.2). Tidak merasa diawasi ketika sedang
berduaan dengan sang kekasih biasanya remaja merasa seakan dunia ini hanya
milik berdua. Sehingga ia melakukan apa saja yang disebutnya sebagai
perwujudan kasih sayang kepada kekasihnya.3). Pergaulan bebas pergaulan bebas
antara remaja yang berlawanan jenis sangat memicu terjadinya perzinahan. (dalam
Bukhori, 2006: 8)
Dari beberapa sebab diatas dapat disimpulkan jika mereka selalu dengan
lawan jenisnya, terutama pada tempat-tempat yang tidak ada pengawasan orang
lain, tentu mereka akan melakukan perzinahan. Sebab saat itu gelora nafsunya
muncul dan suasananya memungkinkan untuk melakukannya. Sementara mereka
tidak memiliki pemikiran yang panjang serta tidak memiliki perasaan merasa
diawasi. Pergaulan bebas adalah tangga yang akan mengantarkan kepada
perzinahan.
Sarwono (2013:187) menyebutkan masalah seksual pada remaja timbul
karena faktor-faktor berikut.
- Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.
- Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain lain).
- Usia perkawinan di tunda, norma-norma agama tetap berlaku di mana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah.
- Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media masa yang dengan adanya teknologi canggih (acara televise, video cassette, DVD, HP, dan internet).
- Pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa factor yang
mempengaruhi prilaku sex bebas yaitu faktor lingkungan, remaja sekarang sangat
mudah dipengaruhi oleh lingkungan sehingga factor lingkungan sangat
berpengaruh sekali didalam perkembangan remaja yang bisa membuat remaja
terjerumus kedalam dunia seks bebas.
Kedudukan Orang Tua dalam Penerapan Seks Dikeluarga
Orang tua untuk membicarakan seks secara gemblang dengan anakanaknya itu tidak berarti bahwa mereka tidak menanamkan pada kami nilai-nilai
yang mengandung makna peringatan “awas, jangan percaya mulut laki-laki
akibatnya bissa fatal” justru sebaliknya, kami kenyang ajaran-ajaran, atau lebih
tepat larangan-larangan agar menjauhi lawan jenis. Tapi pantangan-pantangan
diberikan tanpa penjelasan sehingga bagi anak tetap merupakan tandatanya
mengapa sesuatu larangan dikeluarkan. Itu perbedaan pertam antara apa yang saya
sebut “pola lama” dan “pola baru atau kontemporer” dalam pendidika keluarga
khususnya mengenai penerangan tentang seks.
Media (dalam berbagai bentuknya) dan lingkungan tentu saja akan
mempengaruhi cara pandang anak tentang seks. Namun, anda tetap memiliki
peran penting untuk menemukan pengaruh mana (positif dan negative) yang boleh
masuk membentuk kepribadian anak. Misalnya, ketika anak mulai sekolah,
antarkan dia ke sekolah dan kenalkanlah dengan lingkunganya. Selain itu, anda pun dapat berkenalan dengan orang tua siswa lainya agar dapat berdiskusi
bersama mereka mengenal standar yang disepakati bersama tentang film, Tv,
majalah, dan penggunaan computer. Hal ini diperlukan agar media tersebut tidak
menjadi perantara negative. Dengan demikian, saat anak bermain di tempat
temanya, anda tidak perlu khawatir karena orang tua merekapun memiliki standar
nilai yang sama.
Pembangunan karakter anak merupakan sebuah proses yang harus dimulai
dini dan tidak akan pernah berakhir. Bahkan ketika beranjak remaja anak
membutuhkan anda untuk terlibat dalam kehidupanya.
Menurut Amiruddin & Handayani (2008: 44) hal penting lain yang dapat
dilakukan dalam membantu membangun karakter yang baik anak antara lain:
- Secara konsisten menunjukan sikap dan perilaku yang lain diteladani anak.
- Tidak segan untuk meminta maaf jika anda melakukan kesalahan, selanjutnya tunjukan perbaikan yang positif dalam diri anda.
- Jika anak melakukan kesalahan jadikan momen tersebut untuk mengajarinya. Berilah kepercayaan dan kesempatan kepada dia untuk memperbaikinya, bukan malah menghukumnya. Cermati apa yang harus diperbaiki dari dirinya kemudian bimbinglah dia.
- Focus pada hal positif dari diri anak, berilah pujian ketika dia menunjukan perkataan atau perilaku yang mencerminkan karakter yang diinginkan.
- Carilah figure atau model karakter dikoran, Tv, majalah, atau bukubuku yang mencerminkan sikap dan perilaku yang baik yang dapat menjadi teladan anak-anak.
Menurut Syaikhul Islam Imam Ibnu Taimiyah (dalam Irianto, 2010: 34-
35) bahwa setiap manusia memiliki tiga potensi (naluri) yang senantiasa melekat
pada dirinya. Ketiga potensi tersebut adalah quawatul „aqli (potensi nalar dan
intelektual), quwwatul ghadab (potensi untuk berbuat negative dan destruktif), dan
quwwatusy syahwat (potensi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan hidup
sehingga hidupnya dianamis, agresif dan progresif) termasuk dalam kategori ini
adalah naluri seksual. Juga ini dikuatkan oleh teori Sigmund Freud bagi yang
membenarkanya bahwa manusia dalam hidupnya hanya diarahkan demi
pemenuhan naluri seksualnya.
Hal yang paling penting pula ialah orangtua yang paling besar tanggung
jawabnya untuk memberikan aspek moral dari seksualitas yang amat penting bagi
perkembangan serta pandangan anak-anak itu dikemudian hari. Itu tidak berarti
bahwa pendidikan seks hanyalah monopoli pembelajaran di rumah saja.
Bimbingan melalui sekolah serta lingkungan masyarakat pun diperlukan. Tetapi
kedua bimbingan belakangan ini hanyalah pelengkap atas apa yang diperoleh
seorang anak dirumah, dan bukan sebagai penggantinya.
Dari pendapat para ahli Lingkungan keluarga di rumah adalah tempat yang
terbaik untuk menyampaikan informasi tentang seks kepada anak-anaknya, karena
itu dapat dilakukan secara individual dan diintegrasikan secara alamiah kedalam
pengalaman hidup. Orang tualah yang paling mengenal sifat anak-anaknya.
Orangtua pula yang mengetahui tingkat kematanganya. Orangtua juga yang paling
mengetahui kemampuan pengertian anak-anaknya sendiri.
dikutip dari eprints.umk.ac.id
Komentar
Posting Komentar